Nurul Falah Komit Lahirkan Ulama

Posted on

[Foto: Amran Pohan]
Pembekalan bahasa Inggris dan Arab merupakan salah satu kegiatan santri pada sore hari.

TAPSEL – Pondok Pesantren Nurul Falah di Desa Panompuan, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) tetap mengupayakan kaderisasi ulama unggulan dalam mengantisipasi kemajuan zaman sebagai penyeimbang.

Hal ini dikatakan H Abdullah Harahap yang merupakan Roisuryah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Tapsel, kepada METRO awal pekan lalu, di sela pelepasan 110 santri santriyah Nurul Falah yang dipimpinnnya.

Dikatakannya, sebagai salah satu pesantren berbasis NU di Tapsel, Nurul Falah tetap berkomitmen mempertahankan visi-misi mencetak generasi muda menjadi ulama yang handal, mandiri  dan tangguh untuk kemaslahatan umat di tengah kemajuan zaman.

“Salah satu pesantren NU di Tapsel sejak berdiri tahun 1993 lalu, selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan umat dengan mencetak ulama yang mandiri, tangguh dan handal,” katanya.

Kendati pesatren yang saat ini memiliki 533 santri dan 36 tenaga pengajar, fokus mencetak ulama dengan menerapkan pelajaran salafiyah, namun para santri juga diarahkan mendalami ilmu sains atau umum lainnya sesuai dengan kurikulum Dinas Pendidikan Tapsel, sehingga kedepan generasi yang dilepas nantinya  menjadi insan berlimu dan berakhlak.

“Santri dan santriyah tinggal di asrama dan pondok. Pelajaran secara umum sesuai kurikulum dipusatkan pada pagi hari, sedangkan untuk pelajaran agama mulai dari salafiyah, mujataroh, latihan imam, albarzanzji, dan prgram lain yang tujuannya untuk mengakder ulama dipusatkan pada sore dan malam.

Di samping itu, sejak kelas 2 tsanawiyah setiap santri secara bergiliran mulai dipakai menjadi imam di masjid. Adan atau tidak saya di pesantren, salat berjamaah tetap jalan. Sebab, mereka sudah bisa dan semuanya layak menjadi imam, khatib, dan penceramah,” ucap lulusan Kelas Tujuh Pondok Pesantren Nabundong Pasarmatanggor tahun 1979 tersebut.

Pimpinan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurul Falah ini menambahkan, dari 533 santri dan santriyah dalam menjalani proses belajar mengajar tidak ada pungutan biaya sekolah setiap bulannya.

“Pungutan uang sekolah kita hapuskan. Selain itu sebagian guru kita sumber ekonominya didukung dengan sekitar 10 Ha lahan perkebunan dan sekitar dua hektare areal persawahan yang terletak di sekeliling pesantren ini,” terangnya. (ran)

Sumber: Metro Tabagsel

Tinggalkan komentar